Sebatas Kenangan
Apa yang harus aku lakukan untuk bisa menjadi orang yang berguna?
Pada malam dimana Ichigo kehilangan kekasih yang sangat ia cintai dan kejadian itu tidak akan pernah bisa terhapus dari ingatannya. Sungguh sangat miris melihat kekasihnya terbunuh didepan matanya sendiri.
Sudah 5 tahun sejak kejadian yang di alami Ichigo, tak pernah terlupakan.
Karin dan Yuzu telah tumbuh menjadi remaja yang banyak menarik perhatian teman-teman laki-laki mereka karena, mereka gadis yang baik dan manis. Tapi, hanya satu laki-laki yang telah mendapatkan hati Karin. Tidak lain adalah Toushiro Hitsugaya. Hubungan mereka sangat baik. Setiap Ichigo melihat kebersamaan Karin dan Toushiro, Ichigo merasa rindu padakekasihnya, Rukia Kuchiki.
"Aku pulang."
"Ichi nii-san sudah pulang." sambutr Yuzu.
"Apa kabar Ichigo?" Toushiro menyapa dari ruang tamu.
"Kau datang lagi Toushiro?"
"Sepertinya kau tidak suka kalau aku sering datang untuk menemui Karin?"
"Tidak juga."
"Bagaimana kalu kita berbincang-bincang sebentar?"
"Mungkin lain hari. Aku sedang sibuk."
"Sibuk apa?" Tanya Toushiro.
"Bukan urusanmu!!"
Toushiro diam, tidak berani bertanya lebih lanjut. Karin keluar dari kamarnya.
"Karin, mau kemana?" tanya Ichigo
"Aku dan Toushiro akan pergi ke bioskop, mau ikut?"
Ichigo tidak menjawab dan berjalan menuju kamarnya.
"Selalu begitu." keluh Karin.
"Apakah dia masih belum bisa melupakan Rukia?" tanya Toushiro kepada Karin.
"Ya, padahal kejadian itu telah lama berlalu. Aku tidak pernah melihat lagi wajah ceria Ichigo seperti yang dulu."
Karin menatap Toushiro, ia berpikir jika kejadian itu menimpa diri dan kekasihnya. Toushiro membalas tatapan Karin denga hangat dan berkata.
"Aku selalu menjaga dan melindungimu. Walau nyawa taruhannya."
Karin tersnyum manis dan langsung memeluk Toushiro. "Terima kasih."
***
Beralih pada Ichigo:
Ichigo berbaring di tempat tidurnya sambil menatap kosong langit-langit kamarnya.
Ichigo teringat akan kata-kata Kisuke Urahara pada pertemuan mereka di toko Urahara siang tadi...
"Kau tidak pernah mengtakan itu sebelumnya!"
"Maaf, aku selalu lupa untuk mengatakan hal itu setiap kau datang ke tokoku, dan waktu kau pulang, aku baru teringat kembali hal tersebut. Pikirku, aku akan memberi taukan kepadamu saat kau datang ke tokoku lagi lain waktu." Jelas Kisuke.
"Bagaimana kau bisa lupa akan hal yang penting itu? Sejak kapan kau tau?"
"Sejak setahun yang lalu." dengan santai Kisuke menjawab.
"Apa??!! Selama itu?!"
"Dengar Ichigo, aku sudah tidak semuda dulu lagi. Jadi, aku selalu lupa akan hal-hal yang bukan urusanku, sebenarnya."
"Jadi, renkarnasi ya?" pikir Ichigo.
Kisuke hanya mengangguk kecil dan melanjutkan menyeruput teh hijaunya.
"Renkarnasi seorang Shinigami pasti mambutuhkan waktu yang cukup lama. Apakah buku yang kau pinjam dari Soul Society tidak dijelaskan lamanya?" Ichigo melanjutkan.
"Mmm.." Kisuke berpikir. "150 tahun lamanya dan 50-70 tahun cepatnya."
Seekor kucing hutam yang bisa bicara melompat turun dari jendela.
"Yoroichi!" seru Ichigo kaget.
"Apa kabar Yoroichi?" sapa Kisuke.
"Baik." jawabnya singkat.
Kucing itu berubah mejadi wanita lalu duduk disebelah Kisuke.
"Memang sulit dijelaskan dan menemukan renkarnasi dari seorang Shinigami. Aku melewatkan waktu latihanku bersama Soi Fon untuk mencari tau tentang renkarnasi Shinigami yang sudah pernah sekali atau dua kali terjadi di Soul Society selama berpuluh-puluh abad yang lalu. Renkarnasi itu memang kejadian yang langka dan jarang dialami oleh Shinigami. Shinigami renkarnasi terlahir dari seorang masyarakt biasa di komunitas roh. Wajah sama tapi, sifat dan perilaku berbeda. Di tambah lagi, ingatan akan terhpus dan benar-benar kembali ke noL. Seperti bayi yang baru lahir." jelas Yoroichi.
Kisuke menyeruput tehnya lagi sambil mendengarkan penjelasan Yoroichi.
"Tidak ada harapan untuk dia kembali ke pelukanku." Ichigo termenung sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Sudah tidak ada lagi yang harus aku lakukan. Hanya mengingat hari-hari dimana ia dan Rukia lalui bersama-sama. Ichigo mengunjungi tempat-tempat memberantas Hollow ditemani oleh Rukia disampingnya. Mengingat masalah kecil yang mejadi besar karena mereka berdua saling berdebat hebat.
***
Ichigo berjalan di tepi sungai yang mengalir tidak terlalu deras. Ichigo mencari tempat yang nyaman untuknya duduk di atas rerumputan hijau. Ia melamun memandang lurus kedepan, mengamati sebuah titik yg semakin lama semakin besar mengghampirinya, dan.,
Duak!!
"Kau tidak apa-apa, nii-san?" seorang anak laki-laki menanyakan keadaan Ichigo yang sedang mengusap-usap dahinya.
" Tidak. " jawab Ichigo.
" Kau harus minta maaf kepadanya!" bentak anak laki-laki itu kepada teman perempuan yang sedang bersembunyi dibelakang temannya yang lain. Anak perempuan itu berjalan dengan kepala menunduk menghampiri Ichigo dan meminta maaf kepadanya.
"Maafkan aku, nii-san! Aku tidak sengaja memukul bola baseball itu terlalu keras." kata anak itu sambil terisak.
"Tidak apa-apa. Kau tidak perlu menangis."
"Terima kasih." anak itu mengusap air matanya dan tersenyum menatap Ichigo.
"Rukia?"
"Kenapa nii-san tau namaku?" tanya gadis itu heran.
"Namamu Rukia??"
"Iya, nama nii-san siapa?"
Sambil terpanah akan hal yang tak ia sangka, ichigo akhirnya menjawab "Ichigo. Namaku Ichigo."
"Salam kenal."
Wajah, senyuman, semua persis Rukia kekasihnya, pikir ichigo.
Merekapun melanjutkan permainan tadi yang tertunda karna kejadian itu.
Ichigo memutuskan kembali meneruskan perjalanan menuju rumahnya. Ichigo tidak memberitau kepada siapapun kejadian yang dialaminya kepada siapapun. Sesampainya di rumah, Ichigo langsung masuk menuju kamarnya, sambil tersenyum-senyum penuh arti.
***
Keesokan sore harinya Ichigo kembali ke tempat anak-anak itu bermain kemarin. Ia memandang berkeliling mencari Rukia tapi tidak ada.
"Ichigo nii-san!!" teriak anak laki-laki dari arah lain yang cukup jauh. Ichigo pun menoleh ke arah suara yang memanggil namanya itu berasal.
"Ternyata benar." kata anak itu tersengal karna berlari menuju mendekati Ichigo.
"Kemana Rukia?" tny ichigo. "Aku tidak melihatnya bermain bersama kalian? "
"Kami tidak mau bermain bersama dia lagi."
"Kenapa?" tanya Ichigo bingung.
"Dia sakit. Kami baru tau kemarin. Dia membuat repot semua orang. Kmi tidak tau apa yang dideritanya, kemarin sewaktu pulang dari bermain, tiba-tiba dia mengeluarkan darah dari hidungnya lalu tak sadarkan diri, kami pun membawanya pulang, sungguh aneh."
"Kau tidak boleh begitu, jangan menjauhkannya hanya karena dia sakit atau apapun. Kau harus menyemangatinya."
"Ah, maaf. Nii-san benar."
"Lalu, dimana dia sekarang?"
"EntahLah, aku tidak tau."
"Kau tau alamat rumahnya?"
Anak laki-laki itu mengangguk.
Anak itu mengantar Ichigo ke rumah Rukia.
"Permisi!"
Seorang membukakan pintu "Ya, siapa?"
"Rukia ada?" tanya Ichigo.
"Kau siapa?"
"Kami temannya Rukia."
"Saya kakaknya Rukia."
"Dimana Rukia?" tanya ichigo penasaran.
"Rukia..."
"Kenapa??" tanya Ichigo dan anak laki-laki teman rukia bersamaan.
"Rukia mengidap penyakit yang belum ada obat penyembuhannya. Dia sering mengeluarkan darah dari hidung, tidak sadarkan diri, dan sewaktu sadar dia merasa tidak bisa menggrakan seluruh badannya. Kasihan anak itu. Padahal umurnya masih terlalu muda untuk penyakit mengerikan itu. Kemarin hari terakhir dia bermain bersama teman-temannya."
"LaLu?"
"Rukia, dia sudah tiada. Kemarin malam, jenazahnya sudah dibawa ke kampung halaman ayah. Mungkin sekarang sudah selesai upacara pemakamannya. Aku kembali duluan untuk membantu mengemas barang-barang yang akan di bawa untuk pindah ke kampung halaman dimana Rukia dimakamkan." jelas kakak Rukia dengan airmata yang mengalir.
Ichigo tidak bisa berkata apa-apalagi. Dia hanya shok mendengar semua penjelasan yang tadi.
Ichigo kembali pulang ke rumah.
Ia tidak bisa menahan airmatanya menetes ke pipi. Duduk di ruang keluarga.
"Ichi nii-san kenapa?" tanya Yuzu dan karin sambil menghampiri Ichigo.
"Tidak apa-apa." jawab Ichigo lemah.
Aku harus tegar, Rukia dan Rukia yang baru kukenal meninggalknku,aku tidak boleh lemah.
Pikir Ichigo menyemangati dirinya.
Ichigo memandang adik-adiknya. Karin dan Yuzu melihat heran kakak mereka itu.
Walaupun aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk orang yang telah meninggalkanku, tapi aku akan berusaha menjadi orang yang berguna untuk keluarga, terutama untuk adik-adikku, yang kusayangi.
Tamat
Apa yang harus aku lakukan untuk bisa menjadi orang yang berguna?
Pada malam dimana Ichigo kehilangan kekasih yang sangat ia cintai dan kejadian itu tidak akan pernah bisa terhapus dari ingatannya. Sungguh sangat miris melihat kekasihnya terbunuh didepan matanya sendiri.
Sudah 5 tahun sejak kejadian yang di alami Ichigo, tak pernah terlupakan.
Karin dan Yuzu telah tumbuh menjadi remaja yang banyak menarik perhatian teman-teman laki-laki mereka karena, mereka gadis yang baik dan manis. Tapi, hanya satu laki-laki yang telah mendapatkan hati Karin. Tidak lain adalah Toushiro Hitsugaya. Hubungan mereka sangat baik. Setiap Ichigo melihat kebersamaan Karin dan Toushiro, Ichigo merasa rindu padakekasihnya, Rukia Kuchiki.
"Aku pulang."
"Ichi nii-san sudah pulang." sambutr Yuzu.
"Apa kabar Ichigo?" Toushiro menyapa dari ruang tamu.
"Kau datang lagi Toushiro?"
"Sepertinya kau tidak suka kalau aku sering datang untuk menemui Karin?"
"Tidak juga."
"Bagaimana kalu kita berbincang-bincang sebentar?"
"Mungkin lain hari. Aku sedang sibuk."
"Sibuk apa?" Tanya Toushiro.
"Bukan urusanmu!!"
Toushiro diam, tidak berani bertanya lebih lanjut. Karin keluar dari kamarnya.
"Karin, mau kemana?" tanya Ichigo
"Aku dan Toushiro akan pergi ke bioskop, mau ikut?"
Ichigo tidak menjawab dan berjalan menuju kamarnya.
"Selalu begitu." keluh Karin.
"Apakah dia masih belum bisa melupakan Rukia?" tanya Toushiro kepada Karin.
"Ya, padahal kejadian itu telah lama berlalu. Aku tidak pernah melihat lagi wajah ceria Ichigo seperti yang dulu."
Karin menatap Toushiro, ia berpikir jika kejadian itu menimpa diri dan kekasihnya. Toushiro membalas tatapan Karin denga hangat dan berkata.
"Aku selalu menjaga dan melindungimu. Walau nyawa taruhannya."
Karin tersnyum manis dan langsung memeluk Toushiro. "Terima kasih."
***
Beralih pada Ichigo:
Ichigo berbaring di tempat tidurnya sambil menatap kosong langit-langit kamarnya.
Ichigo teringat akan kata-kata Kisuke Urahara pada pertemuan mereka di toko Urahara siang tadi...
"Kau tidak pernah mengtakan itu sebelumnya!"
"Maaf, aku selalu lupa untuk mengatakan hal itu setiap kau datang ke tokoku, dan waktu kau pulang, aku baru teringat kembali hal tersebut. Pikirku, aku akan memberi taukan kepadamu saat kau datang ke tokoku lagi lain waktu." Jelas Kisuke.
"Bagaimana kau bisa lupa akan hal yang penting itu? Sejak kapan kau tau?"
"Sejak setahun yang lalu." dengan santai Kisuke menjawab.
"Apa??!! Selama itu?!"
"Dengar Ichigo, aku sudah tidak semuda dulu lagi. Jadi, aku selalu lupa akan hal-hal yang bukan urusanku, sebenarnya."
"Jadi, renkarnasi ya?" pikir Ichigo.
Kisuke hanya mengangguk kecil dan melanjutkan menyeruput teh hijaunya.
"Renkarnasi seorang Shinigami pasti mambutuhkan waktu yang cukup lama. Apakah buku yang kau pinjam dari Soul Society tidak dijelaskan lamanya?" Ichigo melanjutkan.
"Mmm.." Kisuke berpikir. "150 tahun lamanya dan 50-70 tahun cepatnya."
Seekor kucing hutam yang bisa bicara melompat turun dari jendela.
"Yoroichi!" seru Ichigo kaget.
"Apa kabar Yoroichi?" sapa Kisuke.
"Baik." jawabnya singkat.
Kucing itu berubah mejadi wanita lalu duduk disebelah Kisuke.
"Memang sulit dijelaskan dan menemukan renkarnasi dari seorang Shinigami. Aku melewatkan waktu latihanku bersama Soi Fon untuk mencari tau tentang renkarnasi Shinigami yang sudah pernah sekali atau dua kali terjadi di Soul Society selama berpuluh-puluh abad yang lalu. Renkarnasi itu memang kejadian yang langka dan jarang dialami oleh Shinigami. Shinigami renkarnasi terlahir dari seorang masyarakt biasa di komunitas roh. Wajah sama tapi, sifat dan perilaku berbeda. Di tambah lagi, ingatan akan terhpus dan benar-benar kembali ke noL. Seperti bayi yang baru lahir." jelas Yoroichi.
Kisuke menyeruput tehnya lagi sambil mendengarkan penjelasan Yoroichi.
"Tidak ada harapan untuk dia kembali ke pelukanku." Ichigo termenung sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Sudah tidak ada lagi yang harus aku lakukan. Hanya mengingat hari-hari dimana ia dan Rukia lalui bersama-sama. Ichigo mengunjungi tempat-tempat memberantas Hollow ditemani oleh Rukia disampingnya. Mengingat masalah kecil yang mejadi besar karena mereka berdua saling berdebat hebat.
***
Ichigo berjalan di tepi sungai yang mengalir tidak terlalu deras. Ichigo mencari tempat yang nyaman untuknya duduk di atas rerumputan hijau. Ia melamun memandang lurus kedepan, mengamati sebuah titik yg semakin lama semakin besar mengghampirinya, dan.,
Duak!!
"Kau tidak apa-apa, nii-san?" seorang anak laki-laki menanyakan keadaan Ichigo yang sedang mengusap-usap dahinya.
" Tidak. " jawab Ichigo.
" Kau harus minta maaf kepadanya!" bentak anak laki-laki itu kepada teman perempuan yang sedang bersembunyi dibelakang temannya yang lain. Anak perempuan itu berjalan dengan kepala menunduk menghampiri Ichigo dan meminta maaf kepadanya.
"Maafkan aku, nii-san! Aku tidak sengaja memukul bola baseball itu terlalu keras." kata anak itu sambil terisak.
"Tidak apa-apa. Kau tidak perlu menangis."
"Terima kasih." anak itu mengusap air matanya dan tersenyum menatap Ichigo.
"Rukia?"
"Kenapa nii-san tau namaku?" tanya gadis itu heran.
"Namamu Rukia??"
"Iya, nama nii-san siapa?"
Sambil terpanah akan hal yang tak ia sangka, ichigo akhirnya menjawab "Ichigo. Namaku Ichigo."
"Salam kenal."
Wajah, senyuman, semua persis Rukia kekasihnya, pikir ichigo.
Merekapun melanjutkan permainan tadi yang tertunda karna kejadian itu.
Ichigo memutuskan kembali meneruskan perjalanan menuju rumahnya. Ichigo tidak memberitau kepada siapapun kejadian yang dialaminya kepada siapapun. Sesampainya di rumah, Ichigo langsung masuk menuju kamarnya, sambil tersenyum-senyum penuh arti.
***
Keesokan sore harinya Ichigo kembali ke tempat anak-anak itu bermain kemarin. Ia memandang berkeliling mencari Rukia tapi tidak ada.
"Ichigo nii-san!!" teriak anak laki-laki dari arah lain yang cukup jauh. Ichigo pun menoleh ke arah suara yang memanggil namanya itu berasal.
"Ternyata benar." kata anak itu tersengal karna berlari menuju mendekati Ichigo.
"Kemana Rukia?" tny ichigo. "Aku tidak melihatnya bermain bersama kalian? "
"Kami tidak mau bermain bersama dia lagi."
"Kenapa?" tanya Ichigo bingung.
"Dia sakit. Kami baru tau kemarin. Dia membuat repot semua orang. Kmi tidak tau apa yang dideritanya, kemarin sewaktu pulang dari bermain, tiba-tiba dia mengeluarkan darah dari hidungnya lalu tak sadarkan diri, kami pun membawanya pulang, sungguh aneh."
"Kau tidak boleh begitu, jangan menjauhkannya hanya karena dia sakit atau apapun. Kau harus menyemangatinya."
"Ah, maaf. Nii-san benar."
"Lalu, dimana dia sekarang?"
"EntahLah, aku tidak tau."
"Kau tau alamat rumahnya?"
Anak laki-laki itu mengangguk.
Anak itu mengantar Ichigo ke rumah Rukia.
"Permisi!"
Seorang membukakan pintu "Ya, siapa?"
"Rukia ada?" tanya Ichigo.
"Kau siapa?"
"Kami temannya Rukia."
"Saya kakaknya Rukia."
"Dimana Rukia?" tanya ichigo penasaran.
"Rukia..."
"Kenapa??" tanya Ichigo dan anak laki-laki teman rukia bersamaan.
"Rukia mengidap penyakit yang belum ada obat penyembuhannya. Dia sering mengeluarkan darah dari hidung, tidak sadarkan diri, dan sewaktu sadar dia merasa tidak bisa menggrakan seluruh badannya. Kasihan anak itu. Padahal umurnya masih terlalu muda untuk penyakit mengerikan itu. Kemarin hari terakhir dia bermain bersama teman-temannya."
"LaLu?"
"Rukia, dia sudah tiada. Kemarin malam, jenazahnya sudah dibawa ke kampung halaman ayah. Mungkin sekarang sudah selesai upacara pemakamannya. Aku kembali duluan untuk membantu mengemas barang-barang yang akan di bawa untuk pindah ke kampung halaman dimana Rukia dimakamkan." jelas kakak Rukia dengan airmata yang mengalir.
Ichigo tidak bisa berkata apa-apalagi. Dia hanya shok mendengar semua penjelasan yang tadi.
Ichigo kembali pulang ke rumah.
Ia tidak bisa menahan airmatanya menetes ke pipi. Duduk di ruang keluarga.
"Ichi nii-san kenapa?" tanya Yuzu dan karin sambil menghampiri Ichigo.
"Tidak apa-apa." jawab Ichigo lemah.
Aku harus tegar, Rukia dan Rukia yang baru kukenal meninggalknku,aku tidak boleh lemah.
Pikir Ichigo menyemangati dirinya.
Ichigo memandang adik-adiknya. Karin dan Yuzu melihat heran kakak mereka itu.
Walaupun aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk orang yang telah meninggalkanku, tapi aku akan berusaha menjadi orang yang berguna untuk keluarga, terutama untuk adik-adikku, yang kusayangi.
Tamat