Jumat, 27 Mei 2011

Kewirausahaan (EO)

Anelia Juni Gunawan, Pemilik Event
Organizer Pameran SEA Games Dari Staf Rendahan Menembus Pasar
Dunia KHelatan pesta olahraga SEA Games XXVI yang bakal berlangsung di
Palembang pada November 2011
mendatang menjadi momen penting bagi Ir Anelia Juni Gunawan. Dia akan telah dipilih sebagai pihak yang
dipercaya untuk menjalankan pameran
yang mengiringi acara tersebut. Di
bawah bendera Sriwijaya Media Convex,
wanita berusia 35 tahun itu telah
menjalankan sebagian besar persiapan yang diperlukan untuk menjalankan
acara tersebut. Perjalanan Anel -begitu sapaan akrabnya-mengelola bisnis event organizer (EO) bukanlah perjalanan membalik telapak tangan. Dia telah menjalankan bisnis itu sejak
2001. Saat itu dia merantau dari Yogyakarta ke Jakarta dan bekerja
sebagai staf rendahan di sebuah
perusahaan EO. Anel yang tergolong baru menerjuni penyelenggaraan ajang
khusus, saat itu ditugasi bosnya untuk
babat alas (merintis) pasar di Jambi. Di tahun yang sama, pemerintah daerah
setempat memang punya rencana
untuk mempromosikan wilayahnya
melalui gelaran pameran. Kemudian,
terselenggara-lah pameran bernama
Jambi Expo pada 2001. Dari situlah Anel mulai belajar tentang bisnis EO. Tahun-tahun berikutnya dia terus melebarkan sayap pasar untuk menghidupi perusahaan tempatnya bekerja. Perjalanan ini menjadikannya semakin paham seluk-beluk mengelola bisnis tersebut.
Dari pekerjaannya itulah Anel mulai punya tabungan. Tak hanya
asyik dengan bisnis EO, ia kemudian mencoba peruntungan lain. Dia
menjajal usaha penjualan produk-produk elektronika. Bisnis ini
sempat jalan namun kemudian berbuah pahit. Di tahun 2005, dia ditipu
orang dan bisnis penjualan produk eletron-iknya bangkrut. Tak hanya
itu, dia juga terbebani utang sekitar Rp 60 juta. Ia pun menghadapi persoalan pelik dengan perusahaan tempatnya bekerja.
Pada 2005 Anel dikirim ke Bali untuk
mengerjakan sebuah proyek, tapi
kemudian ada masalah. Dia lantas
diminta keluar oleh atasannya. Dalam
kondisi punya utang, tentu bukan keputusan yang mudah untuk
meninggalkan pekerjaan yang
memberinya penghasilan. Namun,
keputusan itu tetap diambilnya. Rupanya pilihan untuk mundur ini bukan pilihan keliru. Setelah mundur dari tempat kerjanya, dia ternyata tetap mendapat kepercayaan dari para customer yang pernah menjadi
kliennya. Pada 2005 itu pula, Pemerintah Daerah Sumatra Selatan
mengadakan pameran Sriwijaya Expo.
Secara pribadi Anel tetap diminta
menjadi EO acara tersebut, meski ada
juga EO lain yang juga digaet pemerintah daerah setempat. Dengan selalu mengutamakan kepuasan
klien rupaya Anel memikat banyak
pihak untuk dipercaya menjadi EO
pameran yang mereka selenggaran. Dari
sinilah kemudian dia mulai menjalani
wirausaha yang kini- berubah menjadi sebuah bisnis menjan-jikan.
Secara alami, kemudian reputasinya
menjalankan bisnis EO dikenal banyak
pihak.
Tahun 2008, saat Pekan Olahraga
Nasional (PON) XVII digelar di Kalimantan Timur, Anel diminta menjadi penyelenggara pameran yang melengkapi acara tersebut. Dia penuhi
permintaan tersebut meski harus
menelan kerugian yang terbilang tidak
sedikit. "Sekitar Rp 300 juta dana saya dari acara itu tidak bisa saya tarik," kata dia saat ditemui Republika di kantornya di kawasan Mampang, Jakarta Selatan. Namun, kejadian ini tidak lantas membuatnya kapok. Saat menjadi EO pameran PON XVII ini, Anel sudah punya perusahaan sendiri. Mulanya pada 2007, dia bersama dua rekannya membuat perusahaan patungan untuk menjalankan bisnis EO.
Namun, patungan ini tidak bertahan lama. Belum setahun, perusahaan yang didirikan bersama rekannya itu pecah. Pada akhir 2007 dia membuat
perusahaan sendiri bernama PT Sriwijaya Media Convex. Dengan bendera inilah dia kemudian membesarkan bisnisnya hingga dikenal banyak kalangan. Selain di dalam negeri, diajuga telah menyelenggarakan misi dagang para pengusaha nasional ke acara-acara pameran dunia. Expansi ini mulai dia jalankan tahun 2008 saat mengajak puluhan pengusaha nasional untuk ikut pameran di Dubai. Setelah itu, dia juga beberapa kali menyelenggarakan perjalanan para pengusaha ke Eropa, Amerika, dan Aljazair. Apa yang membuatnya cukup berkembang? Sebenarnya satu saja kuncinya penuhi apa yang menjadi kewajiban kita dan hak orang lain," kata dia singkat. Selain itu, menurut dia, setiap sedekah yang diberikan kepada orang lain, juga menjadi doa yang mendatangkan kebaikan. Nilai seperti ini menjadi dasar utama dalam menjalankan bisnisnya. Di atas nilai tersebut, dia juga terus berupaya agar bisa sepenuhnya memahami bisnis yang dijalankannya. "Kalau kita mau menjalankan sebuah bisnis, kita harus betul-betul paham seluk beluknya. Tanpa itu, hampir bisa dipastikan, bisnisnya sulit berkembang," tutur dia. Dengan pengetahuan tersebut, dia lantas senantiasa membaca situasi yang berkembang di pasar. Setelah itu, kata dia, setiap pelaku usha harus bisa benar-benar memberikan semua yang diharapkan oleh kliennya.
Kesimpulan :
Anel tak mudah menyerah untuk
mendapatkan apa yang ia inginkan.
Walau, penuh dengan cobaan Anel tetap terus bangkit. Hal terbaik dari kisah
perjuangan menjadi EO yang hebat, saya
mendapatkan inspirasi untuk tidak
mengatakan sulit dalam mencoba hal
baru.