Kamis, 09 Juni 2011

Kisah orang sukses

Darul Mahbar

Setelah sukses beralih profesi dari seorang pegawai kantoran menjadi pengusaha jahe merah, Darul Mahbar berambisi produknya bisa dinikmati konsumen di seluruh dunia. Langkah awal, ia membangun kemitraan dengan para petani jahe. Selain untuk mengamankan pasokan, petani tak perlu takut jahenya tak laku di pasaran.

Lahir dalam lingkungan keluarga pedagang, sejak kecil, Darul Mahbar sejak kecil bercita-cita ingin menjadi seorang wirausaha-wan sukses. Namun, keinginan tersebut terbentur keinginan orangtuanya yang ingin anaknya hidup mapan dengan bekerja sebagai pegawai di perusahaan.

Seperti kebanyakan orang tua di kampung halamannya, Lubuklinggau, orang sukses adalah yang bekerja di kantor dan memakai dasi. "Tak ada yang mengharapkan anaknya kelak menjadi pengusaha," ujarnya. Walhasil, Darul pun hanya bisa memendam keinginannya untuk menjadi wirausaha.

Atas saran orang tua dan teman-temannya, Darul pun mengambil kuliah di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Muhamadiyah Malang. Pilihan tersebut didasari pertimbangan agar Darul mudah mencari pekerjaan kelak, selepas kuliah.

Meretas karier di sebuah bank selama 13 tahun, Darul yang kala itu sudah menjadi direktur memutuskan untuk mulai berwirausaha. Apalagi setelah sang ibu meninggal, Darul memahami kalau sejatinya orangtuanya hanya ingin anaknya hidup mapan. "Mereka ingin anaknya tak harus menghadapi risiko dengan memiliki usaha sendiri," ujarnya.

Siap dan paham dengan risiko yang dihadapi, Darul memutuskan untuk mulai menjadi pengusaha. Menjadi pengusaha baginya adalah bentuk aktualisasi diri.

Darul pun kemudian menjatuhkan pilihan: ia mengundurkan diri dari pekerjaannya. Tak pelak keputusan ini oleh banyak teman maupun saudara Darul sebagai keputusan irasional serta nekat. Apalagi, "Saat itu, saya enggak tahu mau usaha apa," ujar Darul yang juga memutuskan pindah ke Jakarta untuk berbisnis.

Beruntung, istri Darul bisa memahami dan mendukungnya. Itu pula yang membuat Darul bersemangat memulai usaha. "Tak semua orang punya keberanian seperti saya. Ini hanya masalah karakter orang yang berbeda. Bukan masalah benar atau salah," tandas Darul tentang keputusannya itu.

Keinginan Darul menjadi semakin kuat ketika ia bergabung dan aktif menjadi anggota Komunitas Tangan di Atas pada tahun 2007. Lewat forum ini, ia bisa bertukar pikiran alias melakukan sharing keinginannya dengan teman-teman anggota komunitas.

Menurut Darul, niatnya menjadi pengusaha bukan untuk mencari kekayaan, tapi untuk tujuan aktualisasi diri serta agar bermanfaat bagi orang lain. "Bagi saya, kesuksesan hidup adalah bisa memberikan sesuatu bagi banyak orang," ujarnya.

Saat ini, bekerja sama dengan rekannya, Darul tengah berupaya untuk memajukan petani jahe di Wonosobo. Konsep yang ditawarkan adalah pembibitan dan plasma. Hasil panen jahe para petani langsung dibeli oleh Darul. Dengan cara ini, petani dan dirinya bisa saling membantu.

Menurut Darul, memulai usaha dari awal dengan meninggalkan posisi yang ia telah raih selama 13 tahun tidak mudah. Namun, berbekal visi maka ia berani mengambil langkah. "Kita memang harus memulai dari hal yang kecil untuk memulai. Dan, itu harus dilakukan sekarang," ujarnya.

Bagi seseorang yang ingin menjadi entrepreneur, Darul memberi saran agar mereka tak memikirkan hasil akhirnya, tapi harus menyelami proses usahanya. Pasalnya, dari proses itu pula, seseorang akan belajar menghadapi persoalan atau tantangan. Dalam kondisi tesebut, kreativitas dan potensi yang ada dalam seseorang akan optimal. Berpikir cepat dan taktis juga menjadi suatu keharusan bagi pengusaha. "Ini tak bisa tanpa latihan," tandasnya.

Ini pula yang kini diterapkan Darul kepada anak-anaknya. Ia memilih membiarkan anak-anaknya untuk menentukan masa depannya. Ia juga tidak melarang jika anaknya ingin menjadi pengusaha. "Yang saya ajari hanya akhlak saja," ujar ayah tiga anak ini.

Ke depan, Darul berharap agar produk jahe merahnya mendapat tempat di pasar dunia. "Saya ingin produk jahe merah bisa menggantikan minuman beralkohol karena mampu menghangatkan tubuh," ujarnya.

Dengan fungsi itu serta bebas bahan kimia, saat ini, produk jahe merah dengan merek Cangkir Mas sudah sampai ke Amerika Serikat.

Alasan :
Mengapa saya memilih orang sukses yang satu ini? Karena terlihat dari upaya dan kerja kerasnya. Kesiapan diri untuk mengambil keputusan dan paham akan resiko yang akan terjadi nantinya, sangat memotivasi saya untuk lebih memahami bagaimana pentingnya mengambil keputusan dan bekerja keras dalam membangun suatu usaha.
Soal resiko, semua pasti akan ada cara untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan tekad dan semangat yang besar, selalu akan menyemangati diri sendiri untuk bangkit meraih apa yang kita tuju atau yang diinginkan.

Jumat, 27 Mei 2011

Kewirausahaan (EO)

Anelia Juni Gunawan, Pemilik Event
Organizer Pameran SEA Games Dari Staf Rendahan Menembus Pasar
Dunia KHelatan pesta olahraga SEA Games XXVI yang bakal berlangsung di
Palembang pada November 2011
mendatang menjadi momen penting bagi Ir Anelia Juni Gunawan. Dia akan telah dipilih sebagai pihak yang
dipercaya untuk menjalankan pameran
yang mengiringi acara tersebut. Di
bawah bendera Sriwijaya Media Convex,
wanita berusia 35 tahun itu telah
menjalankan sebagian besar persiapan yang diperlukan untuk menjalankan
acara tersebut. Perjalanan Anel -begitu sapaan akrabnya-mengelola bisnis event organizer (EO) bukanlah perjalanan membalik telapak tangan. Dia telah menjalankan bisnis itu sejak
2001. Saat itu dia merantau dari Yogyakarta ke Jakarta dan bekerja
sebagai staf rendahan di sebuah
perusahaan EO. Anel yang tergolong baru menerjuni penyelenggaraan ajang
khusus, saat itu ditugasi bosnya untuk
babat alas (merintis) pasar di Jambi. Di tahun yang sama, pemerintah daerah
setempat memang punya rencana
untuk mempromosikan wilayahnya
melalui gelaran pameran. Kemudian,
terselenggara-lah pameran bernama
Jambi Expo pada 2001. Dari situlah Anel mulai belajar tentang bisnis EO. Tahun-tahun berikutnya dia terus melebarkan sayap pasar untuk menghidupi perusahaan tempatnya bekerja. Perjalanan ini menjadikannya semakin paham seluk-beluk mengelola bisnis tersebut.
Dari pekerjaannya itulah Anel mulai punya tabungan. Tak hanya
asyik dengan bisnis EO, ia kemudian mencoba peruntungan lain. Dia
menjajal usaha penjualan produk-produk elektronika. Bisnis ini
sempat jalan namun kemudian berbuah pahit. Di tahun 2005, dia ditipu
orang dan bisnis penjualan produk eletron-iknya bangkrut. Tak hanya
itu, dia juga terbebani utang sekitar Rp 60 juta. Ia pun menghadapi persoalan pelik dengan perusahaan tempatnya bekerja.
Pada 2005 Anel dikirim ke Bali untuk
mengerjakan sebuah proyek, tapi
kemudian ada masalah. Dia lantas
diminta keluar oleh atasannya. Dalam
kondisi punya utang, tentu bukan keputusan yang mudah untuk
meninggalkan pekerjaan yang
memberinya penghasilan. Namun,
keputusan itu tetap diambilnya. Rupanya pilihan untuk mundur ini bukan pilihan keliru. Setelah mundur dari tempat kerjanya, dia ternyata tetap mendapat kepercayaan dari para customer yang pernah menjadi
kliennya. Pada 2005 itu pula, Pemerintah Daerah Sumatra Selatan
mengadakan pameran Sriwijaya Expo.
Secara pribadi Anel tetap diminta
menjadi EO acara tersebut, meski ada
juga EO lain yang juga digaet pemerintah daerah setempat. Dengan selalu mengutamakan kepuasan
klien rupaya Anel memikat banyak
pihak untuk dipercaya menjadi EO
pameran yang mereka selenggaran. Dari
sinilah kemudian dia mulai menjalani
wirausaha yang kini- berubah menjadi sebuah bisnis menjan-jikan.
Secara alami, kemudian reputasinya
menjalankan bisnis EO dikenal banyak
pihak.
Tahun 2008, saat Pekan Olahraga
Nasional (PON) XVII digelar di Kalimantan Timur, Anel diminta menjadi penyelenggara pameran yang melengkapi acara tersebut. Dia penuhi
permintaan tersebut meski harus
menelan kerugian yang terbilang tidak
sedikit. "Sekitar Rp 300 juta dana saya dari acara itu tidak bisa saya tarik," kata dia saat ditemui Republika di kantornya di kawasan Mampang, Jakarta Selatan. Namun, kejadian ini tidak lantas membuatnya kapok. Saat menjadi EO pameran PON XVII ini, Anel sudah punya perusahaan sendiri. Mulanya pada 2007, dia bersama dua rekannya membuat perusahaan patungan untuk menjalankan bisnis EO.
Namun, patungan ini tidak bertahan lama. Belum setahun, perusahaan yang didirikan bersama rekannya itu pecah. Pada akhir 2007 dia membuat
perusahaan sendiri bernama PT Sriwijaya Media Convex. Dengan bendera inilah dia kemudian membesarkan bisnisnya hingga dikenal banyak kalangan. Selain di dalam negeri, diajuga telah menyelenggarakan misi dagang para pengusaha nasional ke acara-acara pameran dunia. Expansi ini mulai dia jalankan tahun 2008 saat mengajak puluhan pengusaha nasional untuk ikut pameran di Dubai. Setelah itu, dia juga beberapa kali menyelenggarakan perjalanan para pengusaha ke Eropa, Amerika, dan Aljazair. Apa yang membuatnya cukup berkembang? Sebenarnya satu saja kuncinya penuhi apa yang menjadi kewajiban kita dan hak orang lain," kata dia singkat. Selain itu, menurut dia, setiap sedekah yang diberikan kepada orang lain, juga menjadi doa yang mendatangkan kebaikan. Nilai seperti ini menjadi dasar utama dalam menjalankan bisnisnya. Di atas nilai tersebut, dia juga terus berupaya agar bisa sepenuhnya memahami bisnis yang dijalankannya. "Kalau kita mau menjalankan sebuah bisnis, kita harus betul-betul paham seluk beluknya. Tanpa itu, hampir bisa dipastikan, bisnisnya sulit berkembang," tutur dia. Dengan pengetahuan tersebut, dia lantas senantiasa membaca situasi yang berkembang di pasar. Setelah itu, kata dia, setiap pelaku usha harus bisa benar-benar memberikan semua yang diharapkan oleh kliennya.
Kesimpulan :
Anel tak mudah menyerah untuk
mendapatkan apa yang ia inginkan.
Walau, penuh dengan cobaan Anel tetap terus bangkit. Hal terbaik dari kisah
perjuangan menjadi EO yang hebat, saya
mendapatkan inspirasi untuk tidak
mengatakan sulit dalam mencoba hal
baru.

Tujuan Hidup

Keinginan yang sudah ada dalam hidup saya dari waktu saya masih kecil adalah saya ingin menjadi pelukis. Walaupun, tidaka ada darah seni yang mengalir dalam diri saya, tapi saya bertekat untuk menjadi seniman di bidang lukis.

Satu bagian dalam hidup saya sudah saya utarakan dalam lukisan atau gambar-gambar yang ada di dinding kamar pribadi saya. Berbagai macam gambar-gambar saya hasilkan di dinding. Dengan penuh warna menghiasi ruangan. Saya menjadi nyaman dan betah berlama-lama menghabiskan waktu di kamar.
Saya tau melukis bukan hal biasa, harus bisa memahami dan mengerti nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya seni, terutama dalam bidang melukis.
Selain melukis saya juga belajar bahasa. Selain bahasa Indonesia yang saya pakai sehari-hari, saya juga belajar bahasa Inggris dan bahasa Jepang.
Saya tertarik dengan bahasa Japang sewaktu saya masih SMA. Selama dua tahun, saya mendapatkan pelajaran bahasa jepang di sekolah. Menurut saya, itu belum cukup. Saya ingin belajar di tempat lain, separti di tempat les atau khursus maupun belajar langsung dengan orang jepangnya.
Saya belum menyerah meskipun keduanya belum bisa saya jalankan, saya berusaha dengan cara belajar sendiri di rumah dengan buku-buku yang saya beli mengenai belajar bahasa Jepang. Sungguh menyenangkan.
Salah satu keinginan saya adalah mengunjungi negeri sakura tersebut, Jepang.

Hal yang paling utama dalam hidup adalah membahagiakan orang tua saya. Dengan bersungguh-sungguh dalam belajar untuk mencapai kesuksesan di masa depan.
Semua tidak akan bisa tercapai tanpa adanya kerja keras yang dilakukan. Berusaha dengan sekuat tenaga meraih hasil yang memuaskan nantinya.

The Letter by Monkey Majik

How long,
since I've written a letter !

I got a rough draft in my pocket.

Did ya know,
the words never come out right,

When you think too much,
or you're up all night.

Oh why ? Oh why ? Oh why ?
Can't find the right words to say.

So many other writers
have been trapped this way.

I don't know how he could write,
R&J or Twelfth
Night.

But somebody must have amused him.
I don't mind writing down that I love you,

But what can I say ?
I have lost my way.

How do I find the words to express my feelings for
you ?

I am lost without you.
But I keep on writing on
page 2.
With you,
I feel so much better.

You warm me up with your kindness.

I gotta know,
I never want to let you down,

You fill my heart with a brand new sound,

Taking away all of my sadness.
My way is all that I thought about.

I never wanted changes, but it happened.

And now I know with or without,

You make me this way.

I thank you for reading my letter.
I don't mind writing down that I love you,

But what can I say ?
I have lost my way.

How do I find the words to express my feelings for
you ?

I am lost without you,
I'm telling the truth,
start
something new,
What can I do ?
Do you feel it too ?
Where do I go ?

No more ideas,

Making this song,
just writing on,
run out of paper,

broken my pencil,

Just keep scribbling on
and on and on and on
and
on and on and on and on Lalalalalalalalalalalalalalalalalalalalalalalala
lalalalalalalalalalalalalalalalalalalala

Kamis, 14 April 2011

Jasa

Jasa

Kewirausahaan bukan hanya menjual berbagai macam jenis barang, tapi bias juga melalui jasa. Salah satunya adalah mengajar. Mengajar juga membutuhkan kesiapan dan kepercaya dirian yang cukup. Saya merasakan mengajar anak sekolah dasar kelas 5 di tempat saya. Awalnya sempat tidak percaya diri, tapi semakin lama semakin terbiasa. Ada kesan puas dan menyenangkan bisa berbagi ilmu ke orang lain. Ini juga bukan masalah upah pembayaran melainkan pengalaman yang berharga, menurut saya.

Sebelumnya, saya juga pernah mengajar anak-anak di sekitar tempat saya tinggal dengan inisiatif saya sendiri untuk melatih bagaimana cara yang baik dalam mengajar. Lumayan banyak yang antusias untuk belajar bahasa inggris, karena saya mengambil jurusan bahasa inggris. Namun, karena tugas-tugas dan waktu yang tidak memadai, pengajaran berhenti. Walaupun seperti itu, saya masih mempunyai keinginan yang kuat untuk mengajar. 


Coklat

Coklat

Minggu pertama tugas kewirausahaan, saya menoba berjualan coklat. Coklat beraneka bentuk dan bewarna-warni. Coklat yang saya jual adalah buatan rumah. Saya diperkenalkan kepada teman ibu saya untuk mengetahui bagaimana cara membuat coklat-coklat tersebut. Bahan coklat asli dicampur dengan susu, dilelehkan, dan dicetak di berbagai ctakan unik dan menarik.
Dalam penjualan ini, saya dibantu oleh teman sekelas saya yaitu, Gustya Damayanti. Gustya menjual coklat-coklat tersebut di sekitar rumahnya. Sedangkan saya, menjualnya di kampus. Hasil keuntungannya, kami bagi untuk berdua.

Rincian :

Pegambilan coklat : @Rp. 2.500
-   
Rabu, 2 Maret 2011                     : 12 pcs
-         Sabtu, 12 Maret 2011                  : 30 pcs
-         Rabu, 16 Maret 2011                   : 30 pcs
-         Jumat, 25 Maret 2011                 : 13 pcs
-         Selasa, 29 Maret 2011                 : 20 pcs
-         Selasa, 12 April 2011                  : 20 pcs

Harga jual : @Rp. 3.000

Keuntungan : @Rp. 500




Permen Biskuit Coklat

Permen Biskuit Coklat
       
Penjualan yang ini saya memberikan modal sendiri. Walaupun tidak banyak modal yang dikeluarkan, tapi hasil keuntungannya cukup lumayan. Karena bentuknya yang bundar mungil, membuat menarik teman-teman saya. Dan dengan harga yang sangat murah pula.

Modal
1 pcs            permen biskuit coklat        Rp. 7.800
1 pack          plastik                             Rp. 1.000

Menghasilkan :
20 bungkus x @Rp. 500 = Rp. 10.000

Laba :
Hasil penjualan – Modal = Keuntungan
Rp. 10.000 – Rp. 8.800 = Rp. 1.200


Cheesse Stick

Cheesse Stick

Untuk penjualan kali ini, saya dan ibu saya membuat cheesse stick dan keripik bawang dengan modal bersama. Setiap hari saya menjualnya di kampus. Setiap pagi saya dan ibu saya kpergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan apa saja yang kami butuhkan untuk membuat cheese stick. Namun, karena tidak punya waktu luang untuk membuatnya di siang hari, maka kami membuatnya pada malam hari.

Modal

Bahan-bahan dan harga :

150gr           keju                        Rp. 9.000
1250gr         tepung terigu           Rp. 8.500
250gr           sagu                       Rp. 1.500
150gr           mentega                 Rp. 2.300
250gr           telur                       Rp. 4.000
7 sachet        penyedap                Rp. 2.000
1 liter           minyak goreng         Rp. 11.000
1 pack          plastik                     Rp. 6.000

Jumlah keseluruhan modal : Rp. 44.300

Menghasilkan :
50 bungkus x @Rp. 1000 = Rp. 50.000 

Laba :
Hasil penjualan – Modal = Keuntungan
Rp. 50.000 – Rp. 44.300 = Rp. 5.700


Aneka Snack

Aneka Snack

Saya mempunyai ide baru lagi. Dari hasil penjualan yang lalu, saya menggunakannya untuk modal membeli aneka snack ringan. Saya mendatangi tempat, bisa dibilang gudang makanan ringan, tidak jauh dari tempat saya tinggal. Disana banyak macam jenis makanan, dari yang manis hingga yang pedas pun ada lengkap disana. Macam-macam  keripik manis dan pedas, kacang-kacangan, dan masih banyak lagi. Saya hanya membeli beberapa jenis saja dan sudah dalam bentuk kemasan.

Modal

1 bungkus aneka snack      Rp. 2.500

Pembelian :
15 bungkus x @Rp. 2.500 = Rp. 37.500

Penjualan :
!5 bungkus x @Rp. 3.000 = Rp. 45.000

Laba :
Hasil penjualan – Modal = Keuntungan
Rp. 45.000 – Rp. 37.500 = Rp. 7.500




Jelly

Jelly

Minggu berikutnya, saya mempunyai ide untuk menjual jelly. Berbagai macam rasa saya buat. Peminat jelly lumayan banyak. Mungkin karena untuk menyegarkan ataupun untuk hidangan penutup. Tidak sedikit pula yang memesan rasa jelly yang diinginkan. Namun, kebanyakan menyukai rasa coklat. Tak perlu ditanya, coklat memang adalah rasa kegemaran banyak orang. Sayapun menyukainya.
Setiap dua hari sekali ataupun setiap hari jika ada yang memesan, saya membawa tiga jenis rasa jelly. Coklat itu sudah pasti, dan dua rasa buah yang berbeda. Saya sangat senang, karena saya melakukannya dengan modal dan jerih payah sendiri. Dan juga saya bisa menikmati keuntungan yang didapat walau tak seberapa.

Modal

Bahan-bahan dan harga :                                   
1 sachet                 jelly coklat              Rp. 4.500
250 gr                   gula pasir                Rp. 3.000
Menghasilkan : 6 cups x @Rp. 3.000

1 sachet                 jelly buah                Rp. 3.900
250 gr                   gula pasir                Rp. 3.000
Menghasilkan : 6 cups x @Rp. 2.500

12 cups        gelas                      Rp. 6.000
1 pack          sendok plastic         Rp. 2.000
Jumlah modal seluruhnya : Rp. 22.400

Penjualan :
Jelly coklat    6 cups x @Rp. 3.000 = Rp. 18.000
Jelly buah     6 cups x @Rp. 2.500 = Rp. 15.000 +
                                                     Rp. 33.000
Laba :
Hasil penjualan – modal = keuntungan
Rp. 33.000 – Rp. 22.400 = Rp. 10.600