Darul Mahbar
Setelah sukses beralih profesi dari seorang pegawai kantoran menjadi pengusaha jahe merah, Darul Mahbar berambisi produknya bisa dinikmati konsumen di seluruh dunia. Langkah awal, ia membangun kemitraan dengan para petani jahe. Selain untuk mengamankan pasokan, petani tak perlu takut jahenya tak laku di pasaran.
Lahir dalam lingkungan keluarga pedagang, sejak kecil, Darul Mahbar sejak kecil bercita-cita ingin menjadi seorang wirausaha-wan sukses. Namun, keinginan tersebut terbentur keinginan orangtuanya yang ingin anaknya hidup mapan dengan bekerja sebagai pegawai di perusahaan.
Seperti kebanyakan orang tua di kampung halamannya, Lubuklinggau, orang sukses adalah yang bekerja di kantor dan memakai dasi. "Tak ada yang mengharapkan anaknya kelak menjadi pengusaha," ujarnya. Walhasil, Darul pun hanya bisa memendam keinginannya untuk menjadi wirausaha.
Atas saran orang tua dan teman-temannya, Darul pun mengambil kuliah di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Muhamadiyah Malang. Pilihan tersebut didasari pertimbangan agar Darul mudah mencari pekerjaan kelak, selepas kuliah.
Meretas karier di sebuah bank selama 13 tahun, Darul yang kala itu sudah menjadi direktur memutuskan untuk mulai berwirausaha. Apalagi setelah sang ibu meninggal, Darul memahami kalau sejatinya orangtuanya hanya ingin anaknya hidup mapan. "Mereka ingin anaknya tak harus menghadapi risiko dengan memiliki usaha sendiri," ujarnya.
Siap dan paham dengan risiko yang dihadapi, Darul memutuskan untuk mulai menjadi pengusaha. Menjadi pengusaha baginya adalah bentuk aktualisasi diri.
Darul pun kemudian menjatuhkan pilihan: ia mengundurkan diri dari pekerjaannya. Tak pelak keputusan ini oleh banyak teman maupun saudara Darul sebagai keputusan irasional serta nekat. Apalagi, "Saat itu, saya enggak tahu mau usaha apa," ujar Darul yang juga memutuskan pindah ke Jakarta untuk berbisnis.
Beruntung, istri Darul bisa memahami dan mendukungnya. Itu pula yang membuat Darul bersemangat memulai usaha. "Tak semua orang punya keberanian seperti saya. Ini hanya masalah karakter orang yang berbeda. Bukan masalah benar atau salah," tandas Darul tentang keputusannya itu.
Keinginan Darul menjadi semakin kuat ketika ia bergabung dan aktif menjadi anggota Komunitas Tangan di Atas pada tahun 2007. Lewat forum ini, ia bisa bertukar pikiran alias melakukan sharing keinginannya dengan teman-teman anggota komunitas.
Menurut Darul, niatnya menjadi pengusaha bukan untuk mencari kekayaan, tapi untuk tujuan aktualisasi diri serta agar bermanfaat bagi orang lain. "Bagi saya, kesuksesan hidup adalah bisa memberikan sesuatu bagi banyak orang," ujarnya.
Saat ini, bekerja sama dengan rekannya, Darul tengah berupaya untuk memajukan petani jahe di Wonosobo. Konsep yang ditawarkan adalah pembibitan dan plasma. Hasil panen jahe para petani langsung dibeli oleh Darul. Dengan cara ini, petani dan dirinya bisa saling membantu.
Menurut Darul, memulai usaha dari awal dengan meninggalkan posisi yang ia telah raih selama 13 tahun tidak mudah. Namun, berbekal visi maka ia berani mengambil langkah. "Kita memang harus memulai dari hal yang kecil untuk memulai. Dan, itu harus dilakukan sekarang," ujarnya.
Bagi seseorang yang ingin menjadi entrepreneur, Darul memberi saran agar mereka tak memikirkan hasil akhirnya, tapi harus menyelami proses usahanya. Pasalnya, dari proses itu pula, seseorang akan belajar menghadapi persoalan atau tantangan. Dalam kondisi tesebut, kreativitas dan potensi yang ada dalam seseorang akan optimal. Berpikir cepat dan taktis juga menjadi suatu keharusan bagi pengusaha. "Ini tak bisa tanpa latihan," tandasnya.
Ini pula yang kini diterapkan Darul kepada anak-anaknya. Ia memilih membiarkan anak-anaknya untuk menentukan masa depannya. Ia juga tidak melarang jika anaknya ingin menjadi pengusaha. "Yang saya ajari hanya akhlak saja," ujar ayah tiga anak ini.
Ke depan, Darul berharap agar produk jahe merahnya mendapat tempat di pasar dunia. "Saya ingin produk jahe merah bisa menggantikan minuman beralkohol karena mampu menghangatkan tubuh," ujarnya.
Dengan fungsi itu serta bebas bahan kimia, saat ini, produk jahe merah dengan merek Cangkir Mas sudah sampai ke Amerika Serikat.
Alasan :
Mengapa saya memilih orang sukses yang satu ini? Karena terlihat dari upaya dan kerja kerasnya. Kesiapan diri untuk mengambil keputusan dan paham akan resiko yang akan terjadi nantinya, sangat memotivasi saya untuk lebih memahami bagaimana pentingnya mengambil keputusan dan bekerja keras dalam membangun suatu usaha.
Soal resiko, semua pasti akan ada cara untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan tekad dan semangat yang besar, selalu akan menyemangati diri sendiri untuk bangkit meraih apa yang kita tuju atau yang diinginkan.
Setelah sukses beralih profesi dari seorang pegawai kantoran menjadi pengusaha jahe merah, Darul Mahbar berambisi produknya bisa dinikmati konsumen di seluruh dunia. Langkah awal, ia membangun kemitraan dengan para petani jahe. Selain untuk mengamankan pasokan, petani tak perlu takut jahenya tak laku di pasaran.
Lahir dalam lingkungan keluarga pedagang, sejak kecil, Darul Mahbar sejak kecil bercita-cita ingin menjadi seorang wirausaha-wan sukses. Namun, keinginan tersebut terbentur keinginan orangtuanya yang ingin anaknya hidup mapan dengan bekerja sebagai pegawai di perusahaan.
Seperti kebanyakan orang tua di kampung halamannya, Lubuklinggau, orang sukses adalah yang bekerja di kantor dan memakai dasi. "Tak ada yang mengharapkan anaknya kelak menjadi pengusaha," ujarnya. Walhasil, Darul pun hanya bisa memendam keinginannya untuk menjadi wirausaha.
Atas saran orang tua dan teman-temannya, Darul pun mengambil kuliah di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Muhamadiyah Malang. Pilihan tersebut didasari pertimbangan agar Darul mudah mencari pekerjaan kelak, selepas kuliah.
Meretas karier di sebuah bank selama 13 tahun, Darul yang kala itu sudah menjadi direktur memutuskan untuk mulai berwirausaha. Apalagi setelah sang ibu meninggal, Darul memahami kalau sejatinya orangtuanya hanya ingin anaknya hidup mapan. "Mereka ingin anaknya tak harus menghadapi risiko dengan memiliki usaha sendiri," ujarnya.
Siap dan paham dengan risiko yang dihadapi, Darul memutuskan untuk mulai menjadi pengusaha. Menjadi pengusaha baginya adalah bentuk aktualisasi diri.
Darul pun kemudian menjatuhkan pilihan: ia mengundurkan diri dari pekerjaannya. Tak pelak keputusan ini oleh banyak teman maupun saudara Darul sebagai keputusan irasional serta nekat. Apalagi, "Saat itu, saya enggak tahu mau usaha apa," ujar Darul yang juga memutuskan pindah ke Jakarta untuk berbisnis.
Beruntung, istri Darul bisa memahami dan mendukungnya. Itu pula yang membuat Darul bersemangat memulai usaha. "Tak semua orang punya keberanian seperti saya. Ini hanya masalah karakter orang yang berbeda. Bukan masalah benar atau salah," tandas Darul tentang keputusannya itu.
Keinginan Darul menjadi semakin kuat ketika ia bergabung dan aktif menjadi anggota Komunitas Tangan di Atas pada tahun 2007. Lewat forum ini, ia bisa bertukar pikiran alias melakukan sharing keinginannya dengan teman-teman anggota komunitas.
Menurut Darul, niatnya menjadi pengusaha bukan untuk mencari kekayaan, tapi untuk tujuan aktualisasi diri serta agar bermanfaat bagi orang lain. "Bagi saya, kesuksesan hidup adalah bisa memberikan sesuatu bagi banyak orang," ujarnya.
Saat ini, bekerja sama dengan rekannya, Darul tengah berupaya untuk memajukan petani jahe di Wonosobo. Konsep yang ditawarkan adalah pembibitan dan plasma. Hasil panen jahe para petani langsung dibeli oleh Darul. Dengan cara ini, petani dan dirinya bisa saling membantu.
Menurut Darul, memulai usaha dari awal dengan meninggalkan posisi yang ia telah raih selama 13 tahun tidak mudah. Namun, berbekal visi maka ia berani mengambil langkah. "Kita memang harus memulai dari hal yang kecil untuk memulai. Dan, itu harus dilakukan sekarang," ujarnya.
Bagi seseorang yang ingin menjadi entrepreneur, Darul memberi saran agar mereka tak memikirkan hasil akhirnya, tapi harus menyelami proses usahanya. Pasalnya, dari proses itu pula, seseorang akan belajar menghadapi persoalan atau tantangan. Dalam kondisi tesebut, kreativitas dan potensi yang ada dalam seseorang akan optimal. Berpikir cepat dan taktis juga menjadi suatu keharusan bagi pengusaha. "Ini tak bisa tanpa latihan," tandasnya.
Ini pula yang kini diterapkan Darul kepada anak-anaknya. Ia memilih membiarkan anak-anaknya untuk menentukan masa depannya. Ia juga tidak melarang jika anaknya ingin menjadi pengusaha. "Yang saya ajari hanya akhlak saja," ujar ayah tiga anak ini.
Ke depan, Darul berharap agar produk jahe merahnya mendapat tempat di pasar dunia. "Saya ingin produk jahe merah bisa menggantikan minuman beralkohol karena mampu menghangatkan tubuh," ujarnya.
Dengan fungsi itu serta bebas bahan kimia, saat ini, produk jahe merah dengan merek Cangkir Mas sudah sampai ke Amerika Serikat.
Alasan :
Mengapa saya memilih orang sukses yang satu ini? Karena terlihat dari upaya dan kerja kerasnya. Kesiapan diri untuk mengambil keputusan dan paham akan resiko yang akan terjadi nantinya, sangat memotivasi saya untuk lebih memahami bagaimana pentingnya mengambil keputusan dan bekerja keras dalam membangun suatu usaha.
Soal resiko, semua pasti akan ada cara untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan tekad dan semangat yang besar, selalu akan menyemangati diri sendiri untuk bangkit meraih apa yang kita tuju atau yang diinginkan.